25 November, 2013
Barusan. karena bosan, gue pun buka Youtube. Lalu seperti biasa, gue pun nyari-nyari lagu secara brutal. Nah. pas ngga sengaja, ada satu lagu nongol di bagian rekomendasi gitu deh. Ya sudah, karena gue sedikit penasaran, gue klik dah itu lagu. Tebak, apa yang gue dengar? Wuih, sebuah lagu berbahasa Hokkien yang secara ngga sengaja ngebangunin jiwa gue sebagai seorang anak kampung. #Bangga
Hahahaha, gue aslinya memang dari kampung kok, jadi ngga perlu merasa malu atau gimana. Kota kelahiran gue, kota yang kecil banget, letaknya dipinggir laut. Meski kecil, di kota ini, gue punya segudang kenangan indah. Umm, mau cerita darimana ya? Yah, gue takutnya abis gue nulis ini, nggak ada yang baca. Ya sudah deh, bodoh amat, gue tulis aja anggap diary.
Jadi gini, kampung halaman gue namanya Bagansiapiapi, ada yang tau? Pasti ngga kan? Haha, sudah gue tebak. Mungkin Pekan Baru, tau? Atau, Dumai? Nah, kalau tau, Bagan tu dekat-dekat sana lah. Jujur aje, gue ngga tau gimana tampang Bagan yang sekarang. Tapi, tampang dia 15 tahun yang lalu, gue masih hapal. Dulu, jalannya belum diaspal, masih pakai batu bata. Belum ada mobil juga, boro-boro deh, sepeda motor saja masih dikit banget. Yang banyak tu sepeda, terutama sepeda Rally (sepeda Belanda). Bentuk rumah di Bagan juga aneh-aneh, rata-rata adalah rumah panggung, ngga ada halamannya. Ciri khasnya, punya jalan setapak yang panjaaaaaaaaaaaang banget ke depan.
Di belakang rumah gue ada sumur, gue suka lemparin ikan ke dalam. Terus di dekat sana, ada pohon belimbing. Manis banget, anak-anak tentangga gue suka datang cuma buat ngambil tu buah belimbing. Gak jauh dari rumah gue, ada satu rumah, gede banget, serem lagi. Katanya sih, itu rumah peninggalan orang Belanda gitu. Haha, ngga tau deh, gue juga ngga pernah nnyain. Jarak dari rumah ke sekolah itu dekat banget, jalan kaki cuma 10 menit kok. Gue biasanya bangun jam 1/2 tujuh, terus kasih makan ikan dolo, abis itu barulah gue mandi terus sekolah. Masih ingat juga, papan tulis di sekolah gue semuanya warna hitam + ditulis pakai kapur.
Air PAM belum masuk ke kampung halaman, jadi kalau gue mau mandi, gue mandi air sumur. Kalau mau nyuci baju ya pakai air sumur juga, abis itu baru dibilas dengan air hujan. Buat makan, penduduk sini semuanya pakai air hujan. Jadi, hampir di semua rumah itu pasti punya tong air, setidaknya 2 buah. Yang kaya biasanya lebih dari 2, bisa 4, bahkan 8. Kalau hujan, semuanya nampung air deh, soalnya disini takut banget sama kemarau. Haha.
Parit di Bagan itu beda banget sama di Jakarta. Parit disini mah bersih, ikannya banyak. Malah kadang ada ikan emas nongol. Ngga kek Jakarta, sumpek. Burung-burung aja banyak kok, apalagi burung Kolibri sama Gereja. Dah gitu, udara disini juga bersih banget. Eh, asal lu tau, kota Bagan itu bukan desa lho. Bagan itu dah jadi Ibu Kota Kabupaten. Disini, identik sama ikan + walet. Rata-rata, orang disni mata pencahariannya kalau ngga nelayan, pasti peternak walet. Bayangin saja, walet harganya belasan juta Rupiah, ngga kerja juga pasti kaya kok. Cukup bikin 1 ruko, abis itu goyang kaki deh tiap hari.
Apa lagi ya? Oh ya, waktu kecil, gue suka nangkepin capung di belakang rumah gue. Banyak capung, belalang juga ada. Ah, sekarang mana ada lagi kek gituan. Gue bersyukur sih masa kecil gue bukan di Jakarta. Cuman, gak enaknya disini, tradisi budaya disini masih kental banget. Pemikiran orang-orang disini juga masih kolot, bahkan rasis. Gak tau deh sekarang masih gitu apa nda.
Jadi pengen pulang kampung nih gara-gara nulis catatan ini. Bantu doain gue yak, semoga tahun depan gue bisa pulkam. Thanks buat yang dah baca. Hehe, nanti kapan2 gue update dah ini note.
Tulisan ini dibuat oleh seorang teman baik saya bernama Edel. Penulis adalah seorang pecinta dan pengamat dunia game online Indonesia dan saat ini aktif sebagai reporter sebuah portal game tanah air.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Popular Posts
-
Beberapa waktu ini fenomena cabe-cabean lagi ngeheeits banget. Semua orang nyela tapi tetep aja melotot kalo si cabe lewat. Yang masuk kate...
-
Didunia terdapat beragam jenis ular. Ada yang sangat berbahaya dengan kandungan bisa yang dapat membuat orang kejet - kejet, ada juga yang t...
-
BAB atau buang air besar adalah salah satu hal yang wajib dilakukan oleh semua manusia. Karena menimbun tokai didalam usus sama dengan meni...
-
Bagi teman - teman pengguna jejaring sosial Path pasti udah ga asing lagi sama meme Finding Neverland. Meme ini secara membabi - buta membo...
-
Karena satu dan lain hal, saya akan melepas sepatu boot kesayangan saya. Dr. Martens MIE (Made In England). Tipe: 1460 (8 holes). Siz...
-
Hari ini gw membaca sekilas salah satu thread di forum terbesar di Indonesia mengenai Tips aman menghindari Curanrek (pencurian korek) . Pun...
-
Sudah lama gw pengen banget liburan seru bareng temen - temen. Kadang iri rasanya melihat salah seorang teman yang bisa berwisata kemana - ...
-
Pertanyaan ini juga kerapkali saya tanyakan. Kenapa bukan Nine Inch Nail atau Biohazard ? Kenapa bukan Portishead atau Slowdive ? ...
-
Hari ini gw melihat satu video di jejaring sosial Youtube yang cukup menggugah hati. Video tesebut bercerita tentang seorang pengemis buta y...
-
Hari ini sehabis saya menelepon papa untuk menanyakan apakah mama sudah pulang dari acara jalan2nya, terlintas dipikiran saya kue ulangtahu...
Recent Posts
Sample Text
Blog Archive
-
▼
2013
(20)
-
▼
November
(14)
- Wisata Seru Kota Kinabalu
- This is what we call it 'Miracle'
- Bagan Siapiapi dan Kisah Tentangnya
- Jakarta Adalah Sebuah Kulkas Besar
- Meme Finding Neverland
- Review Djadjanan Djawa Cafe
- Review Treeangelo Coffee Kemang
- Review Abuba Steak
- Mama dan Rainbow Cake
- Fakta Unik Seputar Pensi di Game Online
- Masa Kecil Yang Seharusnya Indah
- Antara Saya dan Sigur Ros
- Susahnya menulis!
- Jakarta Honking Routine
-
▼
November
(14)
sungguh masa kecil yang indah tak terlupakan di desa nan damai jauuuh dr jakarta yg sumpek
ReplyDelete